Thursday, 10 April 2014

BEP (Bisnis SPBU)



Kalau memang mau investasi tanah, mending dipinggiran, tapi kalau mau investasi SPBU, harus dilihat omzetnya. Jangan terjebak dengan kemewahan dan kemegahan spbu, tetapi untuk kembali modalnya lambat atau bahkan hanya akan mengandalkan kenaikan harga untuk tanahnya. Kecuali memang ada dana nganggur untuk investasi SPBU (daripada di-deposito-kan).

Pengusaha SPBU rata-rata dalam menjual usahanya ini selalu mengaitkan dengan harga tanah (memang benar, tapi bukan faktor utama). Sebagai contoh, untuk SPBU di wilayah Jakarta dengan luas lahan sekitar 2.500M2, harganya sudah pasti diatas 15 Miliar. Ini dikarenakan tanahnya sudah di kisaran harga  Rp. 5 jt/M2, jadi untuk tanahnya saja calon pembeli sudah harus investasi sebesar Rp. 12,5 miliar. Ditambah dengan nilai bangunan dll sebagainya, sudah pasti diatas 15 Miliar. Padahal belum tentu omzetnya bagus. Sedangkan kalau pembeli membelinya usaha SPBU (bukan tanah), mestinya omzet dahulu yg diutamakan. Nah disini saya mengusulkan kepada para calon investor atau pembeli untuk berfikir lebih realistis saja.
  1. SPBU diatas paling tidak harganya pasti  Rp.17,5 miliar
  2. Rata - rata omzet spbu dijakarta 20 kl/hari (yang dijual dengan harga diatas)
  3. BEP (kembali modalnya) Rp. 17,5 M / 65jt ketemu 269 bulan = 22 tahun 4 bulan.
Bandingkan
  1. Dibelikan SPBU dipinggiran harga 17,5 M bisa dapat 2 SPBU @ 8,750 M.
  2. Rata - rata omzet spbu 17.5 kl/hari total omzet 35 kl/hari.
  3. BEP (kembali modalnya) Rp. 17,5 M / 120jt ketemu 146 bulan = 12 tahun 1,5 bulan.

No comments:

Post a Comment