Tidak buka di hari Minggu
Dari curhatan mami Lestari ini barulah kami ketahui alasan dibalik kenapa rumah makan ini tidak buka di Minggu hari. Awalnya kami pikir karena ibu ini meluangkan waktunya ke Gereja selayaknya pengelola rumah makan khas Batak lainnya. Ternyata asumsi tersebut salah. Ketergantungan akan SDM memaksa ibu ini untuk cuti di hari minggu. Maklum, ibu yang sudah separuh baya ini hanya dibantu beberapa anggota perempuan. Anak-anaknya sendiri lebih memilih untuk mencari kesempatan yang lebih baik diluar sana.
Let’s kill your appetite start off with the kitchen. Ruangan ini menjadi dapur sekaligus tempat cuci piring makanan sekaligus tempat panggangan. First rule ketika mengunjungi tempat makan khas Batak ialah you don’t visit the kitchen. Kalau dibandingkan dengan rumah makan Batak sejenisnya boleh dibilang dapur ini sudah lumayan bersih hehe…
Beberapa panggangan daging yang belum dipotong sudah di pre-roasted, jadi pengunjung ga kudu harus nunggu lama deh…ketika ada orderan daging ini dipanggang beberapa saat kemudian chop chop.. ready to be served.
Siang itu kami pesan satu porsi babi goreng dan babi panggang. Sedikit lupa akan harganya tetapi berkisar antara 20-25 ribu. Potongan daging disini lebih tebal, ditambah porsi nasi putih yang lumayan banyak, plus satu mangkuk kuah kosong.
Dengan potongan daging yang tebal, teksturnya lebih terasa, apalagi minyaknya. Penggunaan bumbu marinade disini lebih light dibanding rumah makan khas Batak dan daging panggangnya tidak terlalu kering. Personally we prefer daging goreng karena lebih crunchy.
Apabila sajian daging saja tidak membuat anda puas, rumah makan ini juga menyediakan beberapa menu tambahan seperti saksang, sambal udang, tauco, dan lalapan. We skipped those in favor to the almighty pork.
No comments:
Post a Comment